Perubahan Iklim Akan Benar-Benar Membebani Manusia


Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia sudah tentu sangat berbahaya. Dengan banyaknya resiko yang ada, sangat disayangkan bahwa kemajuan dari permasalahan ini sangat sedikit; terdapat beberapa faktor sosial rumit yang mendasarinya, apakah akan diambil suatu tindakan atau tidak bertindak. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan Nature mengidentifikasi adanya aspek lain dalam kehidupan yang akan mengalami kerusakan akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, yaitu ekonomi dunia yang akan runtuh sebelum akhir abad ini jika kita terus menerus menyebarkan gas rumah kaca ke atmosfer dengan tidak bertanggung jawab.

Sebuah kelompok kecil yang beranggotakan para ekonom melacak nilai Gross Domestic Bruto (sebuah nilai yang dapat menentukan kekayaan negara) menggunakan temperatur suhu rata-rata per tahun. Mereka menemukan bahwa puncak pertumbuhan ekonomi terjadi pada temperatur suhu rata-rata per tahun sekitar 13 derajat Celsius (15 derajat Fahrenheit). Jika temperatur udara turun ataupun naik, GDP mulai turun secara bertahap. Semakin besar perubahan suhu yang terjadi, semakin cepat GDP menurun. Temperatur suhu yang berada di bawah 0 derajat Celsius (32 derajat Fahrenheit) atau berada di atas 25 derajat Celsius (77 derajat Fahrenheit)  dapat menyebabkan GDP hancur.

Namun, hubungan GDP dan temperatur suhu tampaknya tidak memiliki ikatan secara langsung antar keduanya seperti yang terlihat. “Budaya itu penting, kelembagaan itu penting, pemilihan kebijakan itu penting,” Marshall Burke, seorang ekonom Universitas Stanford dan bagian dari kelompok penulis studi, menjelaskan kepada Wired. “Apa yang kita cari, dilihat dari sejarahnya, temperatur udara adalah sesuatu yang sangat penting.”


Para ekonom kemudian menggunakan data hasil studi sebelumnya dalam membuat proyeksi untuk berbagai belahan dunia, mengungkapkan efek kompleks yang akan terjadi akibat meningkatnya temperatur suhu global terhadap perekonomian daerah. Negara yang termiskin, biasanya terdapat di sekitar garis ekuator, akan mendapati temperatur suhu mereka semakin tinggi. Di luar suhu tertentu, manusia tidak dapat bekerja secara efisien, baik secara fisik maupun secara mental. Bidang pertanian tidak dapat beroperasi pada temperatur suhu tinggi yang ekstrim, sehingga persediaan bahan makanan akan berkurang hingga ke titik terendahnya. Naiknya permukaan laut dan terjadinya badai dahsyat yang diakibatkan oleh lautan bersuhu tinggi akan menyebabkan kehancuran infrastruktur yang lebih parah dari sebelumnya.

Iklim di bagian utara negara Eropa mungkin akan mendapat keuntungan dalam jangka pendek, karena meningkatnya temperatur suhu global akan meningkatkan suhu udara mereka sampai dengan 13 derajat Celsius “sweet spot”. AS dan China, 2 negara penghasil emisi karbon terbesar dunia, akan menderita, meskipun mereka memiliki GDP yang sangat tinggi. Kedua negara tersebut menghabiskan begitu banyak lahan di sekitar garis lintang, membuat mereka rentan terhadap iklim yang ekstrim.


Intinya adalah perekonomian global akan ikut terkena dampak negatifnya. Penelitian menunjukkan bahwa pada akhir abad ini, produksi ekonomi dunia akan jatuh sekitar 23% jika kita tetap melanjutkan perubahan iklim seperti saat ini.

Habitat dunia seperti lautan dan hutan akan berada dalam ancaman, sungai-sungai mengering, dan bahkan beberapa kota di negara kita telah hancur diterjang air laut yang meningkat. Meskipun begitu, aksi global melawan perubahan iklim terlihat relatif lambat. Jadi, penelitian seperti ini sangat penting. Banyak kepentingan yang didorong oleh peningkatan moneter dan potensi kehilangan kekayaan, bagi seluruh negara dan industri, akan menjadi kenyataan apabila kita tidak mencegahnya.

Baik negara terkaya di dunia ataupun negara termiskin di dunia akan mendapati dompet mereka menjadi semakin tipis pada tahun 2100 dan seterusnya.


Diterjemahkan secara bebas dari:
http://www.iflscience.com/environment/climate-change-going-cost-us-literally

Oleh: Marsya Nivita Ardelia

Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://bagikertas.blogspot.co.id/ sebagai sumber artikel.

Terima kasih telah berkunjung ke Bagi Kertas.
Like juga Facebook Page: Bagi Kertas

0 komentar:

Post a Comment