Burung Gagak Mengenali Wajah Dan Belajar Dari Kematian


Mengapa burung gagak suka berkumpul di sekitar kawanannya yang mati? Ini adalah pertanyaan ilmiah yang selalu terngiang-ngiang di pikiran Kaeli Swift, seorang mahasiswa Ph.D. dalam ilmu lingkungan di University of Washington. Setelah melakukan penelitian yang mendalam, akhirnya ia menemukan jawabannya. Ketika burung gagak berkumpul di sekitar burung gagak yang mati, mereka sebenarnya sedang berusaha mencari tahu apakah burung gagak tersebut mati karena adanya ancaman di daerah itu. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Animal Behaviour berfokus pada penelitian untuk mengetahui tingkat kecerdasan seekor burung gagak.

Gagak adalah burung yang sangat cerdas. Pada kenyataannya, seluruh famili Corvidae dianggap merupakan famili yang paling cerdas dari semua binatang. Mereka adalah pemecah masalah yang sangat baik, mampu membuat kerajinan dengan menggunakan alat-alat mereka sendiri, dan mereka memiliki struktur sosial yang kompleks. Sebuah studi pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa terdapat sebuah bagian di otak gagak yang mengatur intelegensi tingkat tinggi secara lebih luas jika dibandingkan dengan korteks prefrontal manusia (bagian otak dimana intelegensi tingkat tinggi terjadi).

Swift juga ingin mengetahui tingkat kecerdasan emosional sekelompok burung gagak apabila mereka bertemu dengan ancaman dan subjek yang mati. Dia kemudian melakukan eksperimen dengan cara meninggalkan makanan pada sarang burung gagak Amerika yang berada di 100 tempat di Washington selama lebih dari dua tahun. Sebelum mengizinkan mereka untuk memberi makan, ia meminta kepada 25 orang relawan (yang selalu berganti-ganti) untuk menggunakan masker terlebih dahulu agar ekspresi wajah mereka tersamarkan dan kemudian berdiri di dekat makanan.


Hal ini terus dilakukan secara teratur. Topeng yang selalu dipakai relawan bertujuan untuk membuat burung gagak tidak bisa mengingat perilaku seseorang secara spesifik dan setiap orang memiliki potensi untuk menimbulkan ancaman yang baru. Burung gagak memiliki hippocampus (bagian otak yang bertanggung jawab dalam hal ingatan) yang canggih dan mampu mengingat berbagai individu, baik yang mengancam maupun yang tidak mengancam. Jika burung gagak mengingatnya sebagai ancaman, mereka tidak akan pernah lupa apabila ancaman tersebut muncul kembali di lingkungan mereka.

Sekarang adalah bagian yang paling menyeramkan (jika topeng yang menggangu tersebut belum cukup menyeramkan). Para relawan diminta untuk memegang burung yang mati, mungkin gagak, merpati, elang ekor merah (predator burung gagak), atau terkadang, burung gagak mati yang diletakan di samping seekor elang ekor merah. Sebagai kontrol, beberapa relawan diperintahkan untuk berdiri di sana tanpa memegang binatang mati di tangan mereka. Beberapa gagak bahkan cukup beruntung diizinkan untuk memakan makanan mereka tanpa adanya gangguan manusia atau kematian menyeramkan di sekitarnya.

Setiap kali melihat burung mati yang dipegang oleh seorang pria bertopeng atau wanita bertopeng, burung gagak hampir selalu mulai berteriak-teriak kepada gagak lainnya yang pada dasarnya memberikan peringatan bahwa terdapat ancaman di daerah tersebut. Proses ini dikenal sebagai “scolding”. Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, kombinasi antara elang dan burung gagak menghasilkan scolding yang paling intens.


Gagak juga jauh lebih perhatian terhadap spesies mereka sendiri jika dibandingkan dengan perhatian mereka terhadap spesies sepupu mereka. Relawan bertopeng yang memegang burung merpati mati mendapatkan scolding yang lebih sedikit.

Segera setelah burung gagak bertemu dengan relawan bertopeng yang sedang memegang burung gagak mati, terutama jika terdapat seekor elang berada di dekatnya, relawan tersebut langsung dianggap sebagai ancaman selama enam minggu, bahkan ketika ia tidak sedang memegang gagak mati tangannya.

Jadi yang dapat kita simpulkan adalah burung gagak belajar dari kematian dan pembunuhan terhadap mereka.


Diterjemahkan secara bebas dari:
http://www.iflscience.com/plants-and-animals/murder-crows-learns-death

Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://bagikertas.blogspot.co.id/ sebagai sumber artikel.

Terima kasih telah berkunjung ke Bagi Kertas.
Like juga Facebook Page: Bagi Kertas

7 komentar:

  1. makasih gan infonya dan semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  2. ok mantap bos artikelnya dan sangat menarik

    ReplyDelete
  3. terimakasih sob buat infonya dan salam sukses selalu

    ReplyDelete
  4. makasih gan buat infonya dan salam sukses selalu

    ReplyDelete
  5. bagus sob artikelnya dan menarik

    ReplyDelete
  6. keren mas buat infonya da semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  7. ok sob infonya dan salam kenal

    ReplyDelete