Mengapa Lumba-Lumba yang Terancam Punah di Hong Kong Berwarna Pink?


Jika anda berjalan-jalan di sekitar pulau Lantau di Hong Kong, mungkin anda akan melihat sesuatu yang mengejutkan: seekor lumba-lumba berwarna merah muda. Secara teknis, mereka dikenal sebagai lumba-lumba putih China atau Hong Kong, dan masih satu keluarga dengan lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik atau Sousa chinensis dari Asia Tenggara dan Australia.

Dengan ukuran yang sama seperti lumba-lumba berhidung botol lainnya, lumba-lumba China dilahirkan dengan warna hitam, kemudian secara bertahap berubah warna menjadi abu-abu, dan selanjutnya berwarna putih ketika mereka dewasa. Namun terkadang, lumba-lumba China dewasa tumbuh dengan warna merah muda cerah. Hal ini disebabkan adanya pembuluh darah yang terletak sangat dekat dengan kulit yang membantu binatang ini agar tetap dingin.

Sama seperti lumba-lumba pada umumnya, mereka memiliki lapisan lemak yang membantu mereka agar tetap hangat di lautan. Namun, ketika mereka berada di perairan tropis yang hangat, lumba-lumba perlu untuk menurunkan suhu tubuh mereka dengan cara mengalirkan darah melalui pembuluh darah. Jadi ketika mereka merasakan panas, sistem pendinginan ini bekerja dan lumba-lumba menjadi berwarna merah muda, sama seperti kita yang pipinya memerah setelah berolahraga di hari yang panas.


Lumba-lumba merah muda juga dapat ditemukan di sungai Amazon di Amerika Selatan. Mereka dikenal dengan nama lumba-lumba boto, dan berwarna merah muda dengan alasan yang sama. Namun, lumba-lumba boto dewasa memiliki warna merah muda yang lebih cerah dari waktu ke waktu seiring dengan tergesek-geseknya kulit mereka. Alasan mengapa lumba-lumba boto jantan lebih berwarna merah muda daripada lumba-lumba boto betina adalah karena mereka lebih agresif terhadap satu sama lain, sehingga pembuluh darahnya semakin terlihat seiring berjalannya waktu.

Lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik tercantum dalam Convention on the Conservation of Migratory Species sebagai hewan yang memiliki status konservasi terancam punah. Penelitian yang dilakukan sekitar tahun 1990-an hanya menemukan populasi kecil dari sekitar 200 ekor lumba-lumba yang tersisa di perairan sekitar Hong Kong dan bahkan para konservasionis mengatakan saat ini jumlahnya semakin berkurang. Mereka cenderung untuk hidup di perairan pantai dan tidak melakukan migrasi, membatasi diri mereka sendiri dalam wilayah sekitar 100 km2.

Ini berarti lumba-lumba tersebut rentan terhadap berbagai aktivitas manusia yang terjadi di sekitar Hong Kong, yang merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia. Sama halnya seperti terperangkap dalam jaring ikan atau tertabrak oleh kapal laut, mereka juga terganggu oleh suara dari aktivitas pengiriman barang dan konstruksi kelautan, yang dapat mengganggu komunikasi antar sesama lumba-lumba dan menyebabkan kerusakan pendengaran. Baru-baru ini, Hong Kong Dolphin Conservation Society memberi peringatan kepada pemerintah bahwa rencana untuk memperluas bandar udara antarpulau dan membangun jembatan hingga ke dekat Macau dapat menghilangkan populasi lumba-lumba secara total.


Mereka juga rentan terhadap polutan dari limbah industri yang dibuang ke aliran sungai dan perairan pesisir. Di Hong Kong, pengerukan air dan pembuangan sedimen yang telah terkontaminasi dapat menghasilkan zat berbahaya lainnya. Merkuri, organoklorin, pestisida, flame retardant dan butyltin (sekarang dilarang untuk digunakan dalam cat antifouling) yang terkonsentrasi dalam pembuluh darah lumba-lumba Hong Kong diketahui telah mengalami peningkatan yang jauh lebih tinggi dibanding populasi sebelumnya.

Dengan adanya semua hal ini, maka sulit bagi kita untuk bersikap optimis tentang masa depan dari lumba-lumba merah muda. Akan lebih menyedihkan lagi, apabila mereka akhirnya memiliki nasib yang sama seperti Baiji, lumba-lumba sungai Yantze China, yang dinyatakan punah akibat pembangunan bendungan, tertabrak kapal, dan polusi.


Diterjemahkan secara bebas dari:
http://www.iflscience.com/plants-and-animals/why-are-endangered-dolphins-hong-kong-pink

Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://bagikertas.blogspot.co.id/ sebagai sumber artikel.

Terima kasih telah berkunjung ke Bagi Kertas.
Like juga Facebook Page: Bagi Kertas
Follow Twitter: Bagi Kertas

0 komentar:

Post a Comment