Warna Bulu Kucing Menentukan Keagresifannya


Kucing merupakan hewan yang sangat aktif: kucing adalah sahabat setia bagi semua orang, dan pembunuh paling kejam untuk hewan lainnya. Ada bukti yang menyatakan bahwa kucing melihat manusia sebagai pemilik lahan yang membiarkan mereka tinggal di hotel, pelayan yang memberikan mereka makan, dan anak kucing yang tidak bisa berburu dengan baik. Lebih spesifiknya, beberapa kucing tertentu terlihat seperti tidak peduli dengan lingkungannya, sedangkan kucing-kucing lainnya tampak mudah menyerang dan lebih agresif, dan beberapa bukti yang baru ditemukan telah memberikan secercah harapan dalam penelitian ini. Sebuah survei statistik, yang diterbitkan dalam The Journal of Applied Animal Welfare Science, telah membuktikan bahwa terdapat hubungan antara warna bulu kucing dan tingkat keagresifannya terhadap manusia.

Untuk penelitian ini, tim dokter hewan dari University of California Davis mengumpulkan jawaban dari berbagai survei yang diunggah secara online. Dari 1.274 pemilik kucing, tim telah meminta berbagai data, termasuk warna bulu, pendapat si pemilik tentang keagresifan kucingnya terhadap manusia dan kucing lainnya, seberapa sering mereka menunjukkan posisi menyerang ketika bertemu dengan manusia dan kucing lainnya, serta perilaku si kucing ketika berada di klinik dokter hewan. Keagresifan kucing kemudian dikelompokkan berdasarkan skala numerik.


Survei membuktikan kucing betina berwarna oranye (tortoiseshells, calicos, and torbies), kucing betina berwarna hitam dan putih, dan kucing betina berwarna abu-abu dan putih cenderung lebih agresif terhadap manusia dalam interaksi sehari-hari, bermain, dan mengunjungi dokter hewan. Kucing yang paling tenang adalah kucing yang berwarna abu-abu, hitam, putih, atau yang berbulu tebal.

Seperti pepatah yang mengatakan: hubungan tidak selalu dimulai dengan adanya sebab-akibat, jadi hanya karena terdapat hubungan antara warna bulu kucing dengan tingkat keagresifannya, tidak berarti tingkat keagresifan kucing yang membuat warna bulunya berubah atau sebaliknya. Namun, mungkin memang terdapat suatu hubungan: fenomena ini disebut dengan “spandrel”.


Dalam ilmu biologi evolusioner, spandrel adalah bentuk fisik yang muncul sebagai produk sampingan dari evolusi karakteristik hewan. Jadi, terdapat kemungkinan perubahan warna bulu kucing merupakan fenomena spandrel: produk sampingan evolusioner, sebuah efek tidak langsung dari disposisi genetik yang terjadi karena meningkatnya agresivitas.

Eksperimen perkembangbiakan rubah perak yang bertempat di Uni Soviet sejak 1959 telah mengembangbiakkan berbagai rubah yang akhirnya berhasil membuat rubah-rubah tersebut menjadi lebih tenang dan lebih jinak jika berada di dekat manusia. Lebih mengejutkannya lagi, peningkatan kejinakan ini diikuti oleh perubahan fisik mereka, dilihat dari warna bulu, ekor, dan bentuk telinga mereka yang berubah menjadi semakin mempesona manusia: mereka terlihat lebih manis. Hal ini kemungkinan terjadi akibat penurunan produksi adrenalin dimana mereka telah dibesarkan dengan lebih baik dan menjadi lebih jinak.

Spandrels merupakan hasil dari sebuah efek yang disebut pleiotropy, dan sepertinya perbedaan hubungan antara warna bulu kucing dan keagresifannya merupakan contoh nyata dari efek ini, dilihat dari berbagai warna yang diproduksi sebagai produk sampingan dari perubahan perilaku mereka.


Diterjemahkan secara bebas dari:
http://www.iflscience.com/plants-and-animals/your-cats-fur-color-linked-its-aggressiveness

Oleh: Marsya Nivita Ardelia

Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://bagikertas.blogspot.co.id/ sebagai sumber artikel.

Terima kasih telah berkunjung ke Bagi Kertas.
Like juga Facebook Page: Bagi Kertas

2 komentar:

  1. Do you need free Instagram Likes?
    Did you know that you can get them ON AUTO-PILOT & TOTALLY FOR FREE by using Add Me Fast?

    ReplyDelete
  2. agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
    ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
    pin bbm :2B389877

    ReplyDelete