Apakah Luar Angkasa Akan Berdampak Pada Sistem Kekebalan Tubuh Manusia?


Dengan tidak adanya rumah sakit dan dokter, para awak yang bepergian ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) harus sangat berhati-hati terhadap potensi penyebaran virus infeksi. Maka dari itu, sebelum para astronot diperbolehkan meluncur ke luar angkasa, mereka diharuskan untuk menghabiskan waktu selama dua minggu dalam masa karantina tanpa terekspos dari dunia luar. Saat memasuki tahap selanjutnya dan bepergian ke luar angkasa, sangat penting bagi para astronot untuk memahami bagaimana sistem kekebalan tubuh dapat merespon infeksi yang terdapat di lingkungan tersebut.

Untuk mengujinya, NASA melakukan percobaan yang melibatkan Scott Kelly, yang saat ini sedang berada di ISS (International Space Station), dan saudara kembarnya di bumi, yaitu Mark. Kedua bersaudara ini menyuntikkan dirinya dengan vaksin flu dan seminggu kemudian sampel darahnya diambil. Injeksi pertama dilakukan sebelum Scott lepas landas, injeksi kedua dilakukan saat ia sudah setengah jalan menuju misi panjangnya di dunia mikrogravitasi, dan injeksi ketiga akan dilakukan ketika ia telah kembali ke bumi. Dengan menggunakan orang yang kembar identik, para peneliti berharap dapat melihat apakah sistem kekebalan tubuh seseorang akan mengalami gangguan atau perubahan akibat penerbangan luar angkasa, di samping faktor-faktor genetik lain yang sebenarnya juga dapat menyebabkan perubahan.

Scott Kelly menyuntikkan vaksin flu ke dalam tubuhnya saat berada di ISS.

Studi ini akan melihat dua aspek dari sistem kekebalan tubuh yang dinamakan sel T. Sel-sel T ini berpatroli di sekitar tubuh, di dalam darah, dan di dalam jaringan, untuk mencari sel-sel asing atau infeksi yang dapat menimbulkan bahaya, dan kemudian menetralisir mereka. Para ilmuwan tidak hanya ingin mengetahui apakah kuantitas sel T yang beredar di dalam tubuh akan berubah jika berada di luar angkasa bila dibandingkan dengan bumi, tetapi juga ingin melihat apakah terjadi perubahan yang bersifat kualitatif. Dengan kata lain, NASA ingin mencari tahu apakah penerbangan luar angkasa akan berdampak pada sel T dari segi jumlah maupun kualitasnya terhadap sistem kekebalan tubuh.

Mark Kelly, yang juga pernah berada di luar angkasa, menyuntikkan vaksin saat sedang berada di bumi.

Yang nantinya jadi menarik untuk dilihat adalah apakah sistem kekebalan tubuh Scott yang menghabiskan waktu selama satu tahun di lingkungan yang memiliki jumlah mikroba yang jauh lebih sedikit, entah bagaimana akan menjadi lebih lemah dari Mark setelah perjalanan luar angkasa. Tetapi perlu diingat juga bahwa perbedaan ini bukan satu-satunya faktor yang bisa berefek pada sistem kekebalan tubuh seorang astronot.

Cukup stres selama berada di dunia yang jauh dari teman-teman dan keluarga juga dapat mengubah cara sistem kekebalan tubuh merespon infeksi. Stres diketahui dapat menekan respon sistem imun, membuat anda lebih cenderung menyerah pada infeksi karena tubuh memproduksi sel darah putih dan antibodi dalam jumlah yang lebih sedikit. Selain itu, faktor lingkungan lainnya, seperti peningkatan paparan radiasi di ISS, juga dianggap memiliki peranan terhadap respon sistem imun.

Saudara kembar identik, Mark (kiri) dan Scott (kanan), adalah saudara kandung pertama yang keduanya pernah berada di luar angkasa, dan menjadi subjek NASA’s Twin Study.

"Nantinya kami akan dapat menentukan seberapa besar jumlah dan jalur dari sistem kekebalan tubuh yang terkena dampak akibat penerbangan luar angkasa," jelas Emmanuel Mignot, yang memimpin studi tersebut. "Kami akan mengkalibrasi jumlah perubahan sistem imun dan memberikan saran-saran tentang bagaimana cara untuk menyesuaikan kondisi tersebut, misalnya dengan menggunakan dosis vaksinasi virus yang lebih tinggi untuk menghindari reaktivasi virus."

Semua elemen ini kemungkinan akan lebih terlihat pada misi luar angkasa yang lebih lama, dan juga mencari tahu bagaimana sistem kekebalan tubuh merespon pada hal-hal lain yang mendasar, contohnya apabila misi kolonisasi di planet Mars ternyata berhasil. Mignot mengatakan, jika penelitian ini sukses, maka hasilnya dapat menjadi dasar bagi pengembangan vaksin yang nantinya disesuaikan dengan genetika dari setiap astronot, dan akan memberikan perlindungan tersendiri bagi mereka.


Diterjemahkan secara bebas dari:
http://www.iflscience.com/space/nasa-are-exploring-how-space-flight-alters-immune-response

Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://bagikertas.blogspot.co.id/ sebagai sumber artikel.

Terima kasih telah berkunjung ke Bagi Kertas.
Like juga Facebook Page: Bagi Kertas
Follow Twitter: Bagi Kertas
Instagram: @bagikertasnya

0 komentar:

Post a Comment