Dua Spesies Ular Laut yang Telah Punah Kembali Ditemukan!


Ketika para peneliti sedang melalukan survei di lepas pantai Australia Barat, tanpa sengaja mereka menemukan dua ekor spesies ular laut yang langka dan terancam punah, bahkan diperkirakan telah punah sekitar 15 tahun yang lalu. Reptil berbisa yang menghabiskan seluruh hidupnya di laut dalam dan di sekitar terumbu karang ini sebelumnya diketahui hanya dapat ditemukan di satu tempat, dan terakhir kali terlihat pada tahun 2000. Temuan terbaru ini telah memberi harapan bahwa dua ekor spesies ular laut, yaitu leaf-scaled sea snake (Aipysurus foliosquama) dan short-nosed sea snake (Aipysurus apraefrontalis), mampu bertahan hidup pada wilayah yang jauh lebih luas dari yang peneliti duga sebelumnya.

"Penemuan ini benar-benar menarik, kita kembali mendapatkan kesempatan untuk melindungi dua spesies ular laut endemik Australia Barat ini," ungkap Blanche D'Anastasi, seorang penulis utama dari penelitian yang diterbitkan dalam Biological Conservation, pada sebuah pernyataan. "Tetapi untuk mencapai keberhasilan dalam melindungi ular laut tersebut, kita perlu memonitor populasi serta melakukan penelitian untuk mendapatkan pemahaman biologi dan mengetahui ancaman apa saja yang mereka hadapi."

Para peneliti pertama kali menduga adanya kemungkinan bahwa salah satu spesies ular laut yang terancam punah, yaitu short-nosed sea snake, masih hidup di lepas pantai Australia Barat ketika sepasang reptil tersebut tertangkap kamera berada di Ningaloo Reef. Saat gambar ular laut itu dikirim ke D'Anastasi, ia langsung terpesona melihatnya. "Ular laut yang dianggap telah punah ternyata berada di depan mata," katanya.

Ningaloo Reef sendiri merupakan Situs Warisan Dunia yang berada di sebelah barat laut Australia dan merupakan rumah bagi berbagai kehidupan biota laut. Selain terkenal karena hiu paus melakukan migrasi tahunannya ke tempat ini, Ningaloo Reef juga merupakan tempat singgah selama musim dingin bagi para lumba-lumba, paus bungkuk, duyung, dan pari manta ketika mereka bermigrasi di sepanjang pantai. Karang ini terbentang sejauh 260 kilometer (160 mil) dan berjarak kurang dari setengah kilometer (0,3 mil) dari garis pantai, menjadikannya tepian terumbu karang terbesar di dunia.

Yang menarik adalah, Ningaloo Reef sebenarnya berada 1.700 kilometer (1.056 mil) ke arah selatan dari tempat dimana ular laut terakhir kali ditemukan, yaitu berada pada Ashmore Reef di Laut Timor. Ini berarti para peneliti tidak hanya menemukan kembali spesies langka tersebut, tetapi mereka juga menemukan bahwa ular laut telah memperluas wilayah tempat tinggal mereka. Selain itu, para peneliti juga menemukan adanya ular laut yang hidup di padang lamun, padahal sebelumnya mereka berpikir bahwa ular laut secara eksklusif hidup pada terumbu karang. Kenyataan ini, ditambah dengan perluasan wilayah, membuktikan adanya kemungkinan bahwa ular laut tersebut telah menemukan habitat yang lebih cocok dari apa yang diperkirakan sebelumnya.

Di samping temuan yang positif ini, para peneliti mencatat bahwa ular laut secara umum sebenarnya mengalami perkembangbiakkan yang cukup buruk. Reptil ini mengalami penurunan di berbagai cagar laut, dan para peneliti bingung mengapa hal ini bisa terjadi. Meskipun banyak dari ular laut tersebut yang tertangkap oleh jaring nelayan pencari udang, namun hal ini tetap tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi penurunan ular laut di Ashmore Reef, padahal disana terdapat larangan memancing.


Diterjemahkan secara bebas dari:
http://www.iflscience.com/plants-and-animals/two-species-sea-snakes-previously-thought-extinct-rediscovered

Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://bagikertas.blogspot.co.id/ sebagai sumber artikel.

Terima kasih telah berkunjung ke Bagi Kertas.
Like juga Facebook Page: Bagi Kertas
Follow Twitter: Bagi Kertas

0 komentar:

Post a Comment